PENGARUH BUDAYA POPULER NGOPI DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP KETERBUKAAN DIRI KONSUMEN WARUNG KOPI ZAKIR DI KOTA BANDA ACEH
Abstract
In the Banda Aceh community, nowdays it has become common to make drinking coffee (ngopi) a habit that has become a popular culture among the community. Ngopi culture support a situation that can create a lively but comfortable atmosphere to be enjoyed, exchange ideas and share what is being felt with others. Currently drinking coffee and gathering activities are continuously being carried out, the more often people communicate, the more information they provide to the others are opened. Coffee shops offer such a dynamic interpersonal communication within. This study aims to determine how much influence popular culture of ngopi and interpersonal communication have on the self-disclosure consumers of the zakir coffee shop in the city of Banda Aceh.
This type of research is descriptive quantitative research, the sample in this study is 138 people at the zakir coffee shop in Banda Aceh, obtained by accidental sampling technique. The data obtained using a questionnaire distributed to consumers of the Zakir coffee shop in the city of Banda Aceh and then tested using SPSS version 20 for windows software.
The results of hypothesis testing in this study using multiple linear regression analysis obtained the results of popular culture of ngopi (X1) = (4,440), while the results of Interpersonal Communication (X2) = (6,742) with T-table 138 = (1,977). note that X1> T-table (4,440> 1,977) while X2> T-table (6,742> 1,977) it can be concluded that each independent variable affects the dependent variable because t-count > t-table. Then H0 is rejected and H1 is accepted. It is known that F count (62,624) > F table (3,06). This means that the independent variables (popular culture of ngopi and interpersonal communication) simultaneously affect the dependent variable (self-disclosure). Then H0 is rejected and H1 is accepted. From the results of this study also obtained r square of 0.481 which indicates that the variable The self-disclosure variable was influenced by 48.1%, while the remaining 51.9% was influenced by other variables not included in this study.
Keywords: Popular culture,Ngopi,Interpersonal Communication,Self Disclosure
PENDAHULUAN
Keterbukaan diri menurut Reyandra (2018: 42) secara konseptual mengatakan bahwa hal yang mempengaruhi sejauh mana kesediaan seseorang membuka dirinya adalah value individu tersebut. Budaya, sebagai aspek yang membentuk dunia dan value seseorang mempengaruhi keterbukaan diri, sehingga apabila sesuai dengan pemahaman teoretis tersebut, dalam budaya yang berbeda, tingkat keterbukaan diri-nya juga berbeda. Keterbukaan diri sebagai bentuk komunikasi interpersonal, berperan dalam pengembangan hubungan seseorang. Ketidak seimbangan tingkat keterbukaan diri antarpribadi dapat menyebabkan situasi hubungan yang buruk. Oleh sebab itu perlu dipahami hal-hal yang menyebabkan keterbukaan diri seseorang.
Aceh adalah sebuah wilayah yang berada di ujung paling barat dari Indonesia yang terkenal akan hasil dan cita rasa kopi yang sudah mendunia, kota Banda Aceh menjadi pusat dari Provinsi Aceh yang sebelumnya lebih dikenal dengan Nanggroe Aceh Darusalam.
Di lingkungan masyarakat Banda Aceh sendiri sudah menjadi hal yang umum untuk menjadikan kegiatan meminum kopi (ngopi) sebagai sebuah kebiasaan yang sudah menjadi budaya yang populer ditengah masyarakat. Budaya sendiri adalah himpunan suatu pengalaman yang dipelajari dan mengacu kepada pola-pola perilaku yang disebarkan secara sosial, dan akhirnya menjadi suatu kekhususan kelompok sosial tertentu (Suranto,2010:24).
Terbentuknya suatu budaya populer dalam suatu tatanan sosial terjadi dikarenakan audiens budaya menciptakan Kebudayaan populer yang dipandang sebagai makna dan praktik yang dihasilkan oleh audiens dan bagaimana budaya tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan audiens itu sendiri, dan ketika budaya diikuti atau disukai banyak orang maka budaya tersebut berpotensi menjadi budaya populer (Barker 2004 dalam Fridalini, 2018:7)
Di masa Sekarang kegiatan minum kopi tidak hanya diisi oleh konsumen yang sudah tua, dimana memang sedari dulu sudah melakukan nya, namun juga merambah kepada konsumen muda yang menganggap bahwa ngopi adalah suatu aktivitas positif dimana mereka bisa bersosialisasi dengan orang dan menghabiskan waktu luangnya, baik sekedar berdiskusi, bertukar informasi, main game, sekedar nongkrong atau bahkan hingga mereka-mereka yang melakukan meeting dengan klien.
pergeseran budaya yang terjadi di tengah masyarakat Banda Aceh, dimana fungsi warung kopi sudah berubah dimana awalnya hanya menjadi tempat untuk menikmati kopi yang lalu bertransformasi menjadi suatu tempat yang digunakan untuk saling berinteraksi. Masyarakat yang melakukan kebiasaan ngopi, mengisi waktu mereka dengan berbincang-bincang dengan rekan perkumpulan satu mejanya. Budaya diwarung kopi terus berkembang dan sangat diminati oleh masyarakat di Banda Aceh, warung kopi (keude kuphi) dapat dikatakan sebagai ruang terbuka yang dapat diakses dan digunakan oleh masyarakat luas, bahkan tanpa sekat sosial, hierarki, ataupun hegemoni (Firmansyah 2014).
Melihat potensi yang terusFull Text:
PDFRefbacks
- There are currently no refbacks.